Senin, 20 Juli 2020


Nama: Mohamad Ali Akbar
NIM: 16419257
Kelompok: 107

PERSPEKTIF ATAS PEMBELAJARAN JARAK JAUH BERBASIS DARING AKIBAT PANDEMI COVID-19

Deskripsi Informasi
Pandemi Covid-19 mengganggu seluruh sendi kehidupan, termasuk Pendidikan. Fenomena ini pun mengharuskan manusia untuk segera beradaptasi. Kegiatan belajar mengajar yang semula dilakukan secara konvensional, yakni tatap muka secara langsung di kelas, terpaksa harus diubah menjadi pembelajaran jarak jauh atau PJJ secara daring. Hampir semua pelajar di Indonesia, baik mahasiswa maupun siswa, sudah melakukan kegiatan belajar mengajar secara daring sejak tanggal 16 Maret 2020. Artinya, sampai saat ini Siswa dan mahasiswa sudah melakukan pembelajaran secara daring empat bulan lamanya. Pembelajaran metode ini umumnya dilakukan melalui aplikasi zoom, media sosial, Google Classroom, dan Hangouts Meet-Google Meet

Pembelajaran jarak jauh diperintahkan oleh Menteri Pendidikan atas dasar SE (Surat Edaran) nomor 4 tahun 2020 tentang kriteria pembatasan perjalanan orang dalam rangka percepatan penanganan corona virus disease 2019 (COVID-19).  Hal tersebut dilakukan untuk memutus rantai penyebaran COVID-19. SE ini berisi bagaimana memprioritaskan Kesehatan para pelajar, pengajar, dan warga di lingkungan sekolah maupun kampus.

Hal Penting atau Urgensi mengenai Isu PJJ Berbasis Daring
Isu mengenai Pendidikan akan selalu penting dan menjadi prioritas untuk suatu negara. Bahkan, dalam undang-undang masalah Pendidikan tercantum di dalamnya, bahwa salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa kemudian diperkuat dalam pasal 31 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak memperoleh pengajaran. Pendidikan memberi sumbangan yang sangat besar bagi kemajuan suatu negara. Hal tersebut disebabkan oleh kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan melalui kegiatan berpendidikan. Tingkat Pendidikan yang mengalami peningkatan akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan meningkatkan pencapaian IPTEK. Seperti yang kita ketahui, SDM dan IPTEK merupakan salah satu faktor yang memengaruhi ekonomi suatu negara. Selain ekonomi, pembangunan juga akan mengalami peningkatan. Namun, bukan hanya pembangunan dan ekonomi saja, semua aspek kehidupan pun akan menjadi lebih baik jika Pendidikan suatu negara baik.

Dari pemaparan di atas sudah jelas bahwa isu mengenai Pendidikan menjadi isu yang penting bahkan sentral dalam sendi-sendi suatu bangsa dan negara. Terlebih di saat pandemi seperti ini, isu mengenai Pendidikan harus mendapat kontrol penuh dari masyarakat sampai pemerintah. Pembelajaran konvensional saja belum tentu menjamin keberjalanannya, apalagi pembelajaran secara daring jarak jauh seperti sekarang ini.  

Pandangan terhadap Isu Pembelajaran Jarak Jauh secara daring
Para pelajar memiliki latar belakang yang berbeda, ada yang merasa terbebani dan ada yang merasa baik-baik saja. Pelajar yang tidak memiliki akses internet yang cukup akan merasa terbebani, terutama yang hanya mengandalkan kuota ala kadarnya. Lain halnya dengan pelajar yang memiliki akses internet yang memadai. Fasilitas pendukung pun menjadi faktor penting dalam keberjalanan pembelajaran jarak jauh secara daring. Bahkan, Ketika kita menelusuri di portal-portal berita, banyak sekali media yang memberitakan ada sejumlah siswa yang tidak memiliki gawai untuk menunjang proses pembelajaran daring. Pembelajaran daring pun dinilai memiliki banyak sekali gangguan atau distraksi. Pelajar mudah sekali terdistraksi akibat media sosial ataupun permainan online yang berada di gawainya. Alih-alih belajar, mereka malah bermain. Ada pula pelajar yang terbebani karena perubahan cara belajar. Mereka yang biasanya sering belajar melalui diskusi dan bertukar pendapat, menjadi terkendala. Tidak mudah untuk mengumpulkan kelompok belajar secara online. Oleh karena itu, mereka harus mengubah metode belajarnya menjadi lebih banyak belajar secara mandiri.

Saya juga mengalami masalah-masalah di atas terutama masalah akses internet. Saya merasa sulit untuk melakukan diskusi secara berkelompok dengan teman-teman saya. Motivasi belajar saya pun terkadang mengalami kemerosotan. Jika pembelajaran dilakukan konvensional dengan tatap muka, saya akan bertemu dengan teman-teman belajar saya dan akan meningkatkan motivasi untuk belajar karena kami saling mengingatkan dan mendukung. Kesiapan dalam belajar pun tidak menjadi prioritas lagi. Terkadang saya hanya mendengarkan saja penjelasan dosen tanpa mencatatnya. Hal ini menjadi kurang efektif.

Tenaga pengajar juga mengalami kesulitan dalam pembelajaran secara daring. Menurut saya, tenaga pengajar yang tidak terbiasa dengan teknologi akan kesulitan pada awalnya dan membutuhkan waktu yang lama untuk mempersiapkan bahan ajaran. Menurut pengakuan beberapa pengajar, mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk membuat video pembelajaran dalam durasi sekian menit. Tentu saja hal tersebut membuat para pengajar harus mengeluarkan usaha yang lebih besar dalam mempersiapkan materi.

Di sisi lain, menurut saya pembelajaran jarak jauh secara daring masih memiliki kelebihan. Perkuliahan dapat dilakukan secara fleksibel. Pelajar pun tidak perlu khawatir adanya kelas kosong akibat pengajar yang sedang berada di luar kota atau sedang mengemban suatu tugas. Bagi pengajar pun juga menjadi solusi ketika ketinggalan sesi pertemuan dalam perkuliahan. Pembelajaran daring akan memberikan suasana yang baru lain dari pembelajaran konvensional.

Saya berharap isu mengenai pembelajaran daring ini menjadi isu sentral yang diperhatikan oleh pemerintah, bukan hanya fokus kepada sektor kesehatan dan ekonomi saja. Alokasi APBN untuk menyongsong Pendidikan di masa pandemi ini pun harus diperbesar porsinya. APBN bisa dialokasikan terutama untuk bantuan subsidi kuota internet untuk pelajar yang kurang mampu agar mereka semua dapat belajar daring secara maksimal.  

#BerpikirSebelumBerpendapat
#OSKMITB2020
#TerangKembali




Sumber Bacaan:
Ikhsan, Muhammad. Belajar Secara Daring pada Era pandemic Covid-19 efektifkah?. https://www.goriau.com/berita/baca/belajar-secara-daring-pada-era-pandemi-covid19-efektifkah.html. (Diakses pada tanggal 20 Juli 2020 pukul 16.33)
Saputra, Erik Hadi. Kuliah Daring. https://lldikti5.ristekdikti.go.id/home/detailpost/kuliah-daring. (Diakses pada tanggal 20 Juli 2020)
Sudjarwo. Pembelajaran Daring. https://www.unila.ac.id/pembelajaran-daring/. (Diakses pada tanggal 20 Juli 2020)


Selasa, 14 Juli 2020

DILEMA INDONESIA EMAS 2045 ATAS BONUS DEMOGRAFI 
(Menjadi sebuah Berkah ataukah Bencana dan analisisnya menggunakan metode VUCA (Volatility, Ucertainty, Complexity, dan Uncertainty )) 

Indonesia akan mendapat bonus demografi pada antara tahun 2020-2030. Menurut kalkulasi Badan Pusat Statistik (BPS) puncak bonus demografi di Indonesia yaitu pada tahun 2028. Bonus demografi merupakan suatu kondisi di mana komposisi jumlah penduduk yang berusia produktif lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk usia tidak produktif. Penduduk usia produktif adalah penduduk yang berada pada rentang umur 15-64 tahun. Kesempatan ini tentu harus dimanfaatkan dengan sangat optimal untuk membangun kesiapan menuju era Indonesia Emas 2045. Namun, bonus demografi yang diperoleh Indonesia bagaikan dua sisi mata uang, ada sisi positif dan negatifnya. Bisa saja bonus demografi yang akan diperoleh Indonesia malah menjadi malapetaka atau justru sebaliknya. Dengan ketidakpastian ini, bonus demografi merupakan topik yang dapat dijelaskan dengan metode VUCA. VUCA adalah suatu konsep yang mendeskripsikan mengenai tantangan masa depan dan sifat perubahan yang sedang dan akan dihadapi dunia. VUCA menjelaskan situasi ketika ancaman dunia tersebar dan tidak pasti, konflik bersifat inheren namun tidak dapat diprediksi dan kemampuan kita untuk mempertahankan dan mempromosikan kepentingan nasional yang mungkin dibatasi oleh kendala sumber daya material dan personal (Identitas Mahasiswa, KAT ITB 2020).

Unsur yang pertama dalam VUCA adalah Volatility atau volatilitas, Volatilitas dapat diartikan sebagai ukuran statistik yang menggambarkan jumlah ketidakpastian tentang ukuran perubahan. Bonus demografi ini tidak dapat diprediksi secara kuantitas dengan tepat. Kita tidak bisa menghitung dengan pasti angka pertumbuhan penduduk usia produktif pada rentang tahun 2020-2030. Bukti kasus aktual yang terjadi baru-baru ini adalah polemik sistem penerimaan peserta didik baru DKI Jakarta. Banyak calon siswa baru yang tidak dapat melanjutkan sekolah karena masalah umur. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan pemerintah dalam menanggulangi ledakan penduduk usia muda karena ketidakmampuan pemerintah menganalisis kuantitasnya. 

Unsur kedua dalam metode VUCA adalah Uncertainty (ketidakpastian). Bonus demografi bersifat uncertainty karena kita tidak dapat tahu apakah benar puncak pertumbuhan usia produktif di Indonesia pada tahun 2028 dan apakah pada tahun 2030 pertumbuhan usia produktif secara besar-besaran terhenti. 

Unsur ketiga dalam VUCA ialah complexity atau kompleksitas. Kompleksitas adalah komponen yang mengacu pada keterhubungan setiap komponen terhadap komponen lainnya dalam suatu sistem. Kita tidak dapat menduga dengan pasti apakah bonus demografi merupakan sebuah keuntungan atau kerugian karena banyak sekali faktor-faktor yang memengaruhinya yang saling berkaitan satu sama lain. Faktor-faktor tersebut antara lain, pendidikan, kesehatan, dan lapangan pekerjaan. Pendidikan adalah komponen paling utama karena pendidikan akan modal landasan berpikir dan beranalisis serta mengambil tindakan dan keputusan. Kesehatan merupakan investasi jangka panjang yang harus dimiliki oleh setiap insan agar dapat berkarya dengan nyata. Faktor selanjutnya adalah lapangan pekerjaan. Lapangan pekerjaan sangat diperlukan agar ledakan usia produktif dapat menyalurkan potensinya sebagai penggerak bangsa. Tanpa adanya lapangan pekerjaan, ledakan usia produktif hanyalah menjadi beban Negara. Jika pendidikan sudah disiapkan dengan baik oleh pemerintah namun disisi kesehatan belum disiapkan dengan baik, maka proses untuk menempuh pendidikan pun menjadi kurang optimum. Seperti dengan pernyataan yang sering sekali kita dengar, “dibalik tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”. Jika pendidikan dan kesehatan bagus memang akan menciptakan insan yang unggul. Namun, tentu saja jika lapangan pekerjaan tidak mendukung atau tidak memadai, keberadaan insan yang unggul akan menjadi sia-sia. Maka selain ketiga faktor tersebut dibutuhkan kreatifitas dan sikap adaptif untuk terus-menerus maju dan dapat mendongkrak masa emas Indonesia 2025. Mungkin ada beberapa segelintir faktor lagi yang akan saling berkaitan disamping faktor-faktor yang sudah dipaparkan. Oleh karena itu, bonus demografi bersifat kompleksitas. 

Isu mengenai bonus demografi sangat penting karena menyangkut bangsa dan negara Indonesia. Selain itu, Indonesia akan mengalami masa emas pada tahun 2045. Bonus demografi walaupun bersifat tak terduga, tak dapat diprediksi penyebabnya, kompleks, serta tidak jelas hubungan sebab dan akibatnya tetapi pasti akan kita hadapi. 

Cara kita untuk menghadapi tantangan bonus demografi ini ialah fokus kepada apa yang masing-masing kita dapat lakukan. Dalam buku filosofi teras karya Henry Manampiring, terdapat istilah dikotomi kendali. Jadi, dalam hidup ini ada hal yang dibawah kendali kita dan ada hal yang tidak dibawah kendali kita. Hal yang berada dibawah kendali kita bersifat merdeka dan sepenuhnya bisa kita kontrol. Sedangkan, hal yang tidak dibawah kendali kita bersifat rapuh dan tidak merdeka. Oleh karena itu, kita harus fokus kepada hal-hal apa saja yang dapat kita lakukan dan usahakan. Jangan berfokus kepada hasil dari bonus demografi tetapi fokuslah pada prosesnya. Jangan lupakan pula the power of minset. Aturlah pikiran kita agar terus-menerus percaya bahwa kita akan mampu melalui ini semua dan mendapatkan yang terbaik. Jika kita berpikiran optimis seperti itu, maka otak dan pikiran kita pun akan terus-menerus mencari cara untuk mewujudkan pola pikir di atas.

#TantanganMasaDepan
#DuniaVUCA
#OSKMITB2020
#TerangKembali